Novel Tia karangan Kembangmanggis,  adalah kisah yang berlatarkan tahun 90-an dengan tokoh utama seorang gadis remaja yang meraih arti kedewasaan lewat perjalanan asmaranya dengan seorang pria.  Bagi Anda yang sekiranya menikmati genre kisah romansa anak muda yang dikemas dengan alur yang lambat dan nyaman untuk dibaca perlahan, novel ini sangat direkomendasikan untuk dinikmati. Buku ini secara tersirat menjelaskan bagaimana transisi kehidupan dari seorang gadis belia untuk menjadi wanita dewasa dengan melewati banyak tantangan dan rintangan dalam kehidupannya.

Ialah Tia, seorang gadis remaja yang duduk di kursi SMA kelas 2 yang menjalani lika-liku kehidupannya di Bogor.  Tia hidup bersama Ibu, Ayah, Arifin yang merupakan kakak sepupu, dan anjing peliharaannya yang bernama Zobra. Sehari-hari mendengarkan nasehat demi nasehat serta omelan dari ibunya tentang menjadi pribadi yang lebih teratur, Tia menarik kesimpulan awal bahwa menjadi dewasa sangatlah berat. Ia dengan tegas menolak menjadi dewasa dengan anggapan bahwa kedewasaan adalah penghapusan dari sekian banyak kenikmatan.

Sebagaimana layaknya gadis remaja, Tia menjalin hubungan yang akrab dengan teman-teman di klub ekstrakurikuler yang diikuti di sekolahnya. Tampak jelas diceritakan di sini bagaimana Tia ‘muak’ dengan urusan percintaan yang bertebaran di sekolahnya. Dia heran, mengapa betapa susahnya orang-orang menyatakan cinta dengan sembunyi-sebunyi lewat puisi? Ia mengeluh tentang betapa berbelit-belitnya proses yang disebut cinta. Harus menulis puisi panjang-lebar yang merayu dan mendayu-dayu. Belum lagi ternyata puisi itu hanya menginisialkan nama dari penulisnya.

Sampai akhirnya datanglah Dion, sahabat dari Arifin yang tiba-tiba muncul dalam kehidupan Tia. Dion membawa banyak kekesalan dan perasaan menyebalkan bagi Tia. Beragam perilakunya yang membuat Tia naik darah tak keruan. Namun, adakalanya Dion justru menyadarkan Tia akan banyak hal, mulai dari perilakunya yang merugikan diri sendiri sampai ke orang lain. Dion mengajarkan Tia untuk menjadi lebih dewasa dalam mengambil setiap keputusan dalam kehidupan. Dan setelahnya, keduanya menjadi lebih dekat sampai akhirnya timbul sebuah rasa yang lain melebihi perasaan yang hanya sekedar teman.

Kembangmanggis mampu menciptakan beragam suasana dalam novel ini. Konflik demi konflik ringan hingga berat disajikan dalam bahasa yang nyaman dan menentramkan hati ketika membacanya. Sangat mudah untuk memahami setiap masalah yang hadir dalam novel ini. Secara tidak langsung, ketika orang-orang dalam lingkup usia remaja membacanya akan merasa ‘relate’ atau tersentil dengan beberapa masalah yang disampaikan. Ini mengartikan bahwa penulis sangat mengerti tentang permasalahan demi permasalahan yang sering dialami oleh remaja dari berbagai generasi. Selain itu, bahasa yang digunakan cukup mampu membuat para pembaca benar-benar merasakan keadaan di era tahun 90-an yang penuh dengan kesederhanaan dan menggugah nostalgia akan hal-hal klasik.

Sajian dari novel ini yang terasa agak mengganjal adalah penamaan tokoh-tokoh yang belum jelas dengan hanya disajikannya nama panggilan, dan alur yang panjang dengan perpindahan antar cerita yang terkadang kurang jelas. Namun, novel ini cukup melebihi ekspetasi karena selain memberikan hiburan novel ini juga menyampaikan pesan pengajaran penting yang mampu mengetuk hati dan tetap logis sampai saat ini. Tia, karya Kembangmanggis ini berpesan agar kita selalu berhati-hati dalam melangkah dan menentukan tindakan kita di masa depan, karena setiap langkah akan berdampak bagi orang lain dan diri kita sendiri.