book

Kerinduan Paling Agung

0
  • book
    Ditulis oleh
    Fleichia Luvena Araminta
  • Dibuat tanggal
    06 Oct 2024
  • Sekolah
    Sekolah Menengah Pertama Negeri 13 Tambun Selatan

Rindu seperti apa yang paling menyakitkan? Rindu kepada orang yang telah lama menghilang dari jejak pandang kita, atau rindu kepada sifat orang yang dahulu kita cintai habis-habisan? Pertanyaan itu akan terjawab pada "Kerinduan Paling Agung" garapan Adi Rustandi, dosen Pendidikan Bahasa serta Sastra Indonesia yang hobi menulis buku bertemakan cinta memakai perspektif Islam. Sebagai karya tulis ke-16-nya yang diterbitkan penerbit Yrama Widya pada tahun 2020 kemarin, "Kerinduan Paling Agung" menceritakan mengenai kisah 2 sejoli kala terombang-ambing dalam lautan cinta, untuk akhirnya dipaksa tenggelam oleh yang merasa "paling benar" pada 312 halaman kertas.

Hamzah dan Marwah adalah dua sejoli tersebut. Kisah cinta mereka yang tumbuh sejak sekolah dasar dan perlahan kian mengembang hingga masa kuliah itu tetiba saja dihancurkan oleh Ibu Hamzah sendiri. Perjodohan paksa dilakukan kepada Hamzah, membuat pemuda yang sebetulnya ingin memberontak tadi hanya bisa diam dan berdo'a agar perjodohan itu dibatalkan karena tak mau melawan ibunda sendiri. Situasi makin memanas kala Ibu Hamzah justru memaki-maki Marwah, menuduh yang tidak-tidak, membuat gadis muda penjual kue itu pergi dari Cibogo bersama ibunya. Saat Hamzah frustrasi melihat Sang Ibu, ia dengan ceroboh mengebut di jalan dan kecelakaan, jatuh pingsan beberapa saat. Perjalanan Hamzah mencari keberadaan Marwah dimulai setelah ia sadar dan mengetahui bahwa gadis idamannya menghilang begitu saja.

"Kerinduan Paling Agung" menarasikan perjuangan 2 manusia yang saling mencinta itu dengan singkat, padat, serta puitis. Selain mengambil tema berupa ironi kehidupan romantis bocah lelaki labil dan gadis muda pemalu berstatus "yatim", buku ini juga menggambarkan keindahan kecamatan Cibogo serta jalan Malioboro yang dinarasikan sesekali di sela-sela jerit Marwah mengucap rindu dalam hati. Perkembangan hubungan Hamzah dan Marwah tertuang dalam total 35 bab, meski pada akhirnya mereka "kalah" juga. 35 bab itu pula menarasikan awal mula masalah sebelum tiba-tiba mundur ke saat Hamzah dan Marwah masih sekolah dasar.

Dalam buku ini, beberapa karakter mengalami perkembangan signifikan. Seperti Hamzah yang terkenal nakal kala masih sekolah, tetapi mulai membaik setelah masuk pondok pesantren. Ada pula yang penggambaran wataknya sangat-sangat kuat dan bisa dibilang, berhasil membuat jengkel pembaca, yaitu Ibu Hamzah dengan sifat keras kepala, suka mengatur, dan tak mau mengalah. Tetapi, Adi berhasil membuat cerita rumit dengan konflik berkat karakter Ibu Hamzah, yang karena beliau juga, anaknya sendiri jadi tak karuan.

Buku ini berhasil menjadi novel yang baik karena dapat membuat emosi pembaca terikat erat. Pembaca bisa merasa pedihnya ditinggal yang tercinta, senang sekaligus malu ketika mendapati dirinya tersenyum pada kita, dan yang paling kuat adalah amarah tak tertahan ketika keinginan kita dibantah mentah-mentah. Namun, akhir dari novel "Kerinduan Paling Agung" cenderung terbuka, membiarkan pembaca menentukan sendiri nasib akhir dari Hamzah dan Marwah serta hubungan mereka. Kekurangan yang paling dirasa merupakan alur cerita maju-mundur tetapi tak dilengkapi penanda tahun, hal ini dapat menimbulkan kebingungan saat masa lalu telah berganti ke masa kini.

Secara keseluruhan, "Kerinduan Paling Agung" merupakan novel layak baca yang berguna untuk memancing emosi sendiri. Tapi, jangan harap merasa puas di akhir. Jadi siapkan waktu luang, camilan manis dan baca kala kamu tidak dendam kepada siapa pun. Kalau punya banyak waktu senggang, coba cek isi rokok teman mu. Isinya tembakau atau ganja, tuh?

Judul Buku Kerinduan Paling Agung
Penulis Adi Rustandi
ISBN 978-623-205-243-7
Bahasa Indonesia
Tahun Publikasi 2020
Penerbit Penerbit Yrama Widya
Jumlah Halaman 312

0 komentar

Buat komentar