book

Hujan

0
  • book
    Ditulis oleh
    Fleichia Luvena Araminta
  • Dibuat tanggal
    16 Oct 2024
  • Sekolah
    Sekolah Menengah Pertama Negeri 13 Tambun Selatan

"Tapi sakit ku karena hujan, Sayang."

Entah apa yang ada di pikiran Tere Liye saat menulis isi dari novel bersampul biru muda dengan ilustrasi payung yang diguyur rintikan air hujan ini. Apakah ia ingin membuat hati pembaca terguncang, bingung ketika merenungi perasaannya sendiri? Apakah ia ingin menciptakan fenomena baru; fobia terhadap hujan? Atau alih-alih novel yang isinya sanggup memenuhi hingga 320 halaman kertas ini sesungguhnya ingin mengingatkan manusia tentang bumi setelah mereka hinggapi ribuan tahun, mulai meredup? Pertanyaan-pertanyaan itu hanya bisa terjawab setelah membaca buku garapan Tere Liye urutan ke-22, "Hujan". Diterbitkan oleh Sabak Grip Nusantara pada tahun 2016, Tere Liye mengajak kita berkenalan dengan dua anak pemberani, Si Jenius serta Si Perasa, Esok dan Lail.

Dunia telah tumbuh maju, bahkan perkembangan teknologinya sangat pesat; mereka bisa memetakan isi pikiran manusia, menatanya secara teratur, bahkan memisahkan mana memori bahagia dan menyedihkan, juga menghapus sisa ingatan tak diinginkan. Lail, perempuan yang terlibat dalam kejadian letusan gunung maha dahsyat belasan tahun lalu, datang menghampiri fasilitas pelayanan penghapus ingatan. Tapi, selama sesi pemetaan isi otak, tak hanya impresi mengenai kematian Sang Ibu pada bencana ledakan sebelumnya yang berupa kenangan buruk. Ada banyak memori tidak menyenangkan tentang seorang lelaki, pria penyelamat saat Lail kecil, laki-laki paling cerdas di mata Lail—cinta pertama Lail, Esok.

Ada apa dengan Esok? Lebih tepatnya, apa yang membuat banyak dari ingatan Lail adalah buruk ketika ada Esok di situ?

Dan apakah Esok yang membuatnya benci, atau hujan penyebabnya?

"Hujan" termasuk dalam novel dengan bahasan cukup rumit, tetapi terkesan ringan karena disampaikan sesuai keseharian Lail—belajar, bermain, mampir ke toko kue, menyambi jadi relawan, juga sesekali menemui Sang Pujaan, Esok. Karena itu, beberapa hal terkesan sepele di mata Lail berkat padatnya kesibukan ia di tengah sibuknya dunia menangani musim dingin berkepanjangan. "Hujan" mengaplikasikan alur maju-mundur, tetapi batas antara narasi masa kini dan masa lalu terlihat jelas, sehinga pembaca tak akan bingung. Tema utama yang diambil Tere Liye pada buku ini juga sangat bagus, dapat menjadi acuan agar manusia mulai membenahi tempat hidup. Sayang, tak semua orang peduli akan hal itu.

Sayang, akhir dari buku ini terkesan terburu-buru. Tidak ada penjelasan lebih dalam dan lengkap mengenai kejadian yang melibatkan Esok, hal ini cenderung menimbulkan ketidakpuasan. Meski jika berkaca pada masalah utama yaitu hubungan Esok dan Lail, maka ending "Hujan" adalah sempurna. Selain itu, pemahaman pembaca sangat dibutuhkan saat narasi mengenai perasaan Lail ditampilkan—ah, ini mungkin cenderung universal, karena perasaan perempuan memang susah ditebak.

"Hujan" merupakan novel yang layak baca dan sangat direkomendasikan untuk menemani waktu kosong. Dengan pembahasan utama mengenai bencana dunia, dibalut banyak adegan romantis dan perasaan bertanya-tanya, kesal, sedih, serta deg-degan. Pembaca mungkin akan mulai kebingungan, "Kapan aku juga bisa seperti mereka?"

Judul Buku Hujan
Penulis Tere Liye
ISBN 9786239987879
Bahasa Indonesia
Tahun Publikasi 2016
Penerbit Sabak Grip Nusantara
Jumlah Halaman 320

0 komentar

Buat komentar