
Alaskaletta
-
Ditulis olehIsabel Wahyuni
-
Dibuat tanggal
14 Oct 2024
-
Sekolah
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Semendawai Timur
Alaskaletta karya Didik Sabrullah adalah sebuah novel yang menggambarkan sisi gelap kehidupan keluarga, menyajikan realitas yang kerap tersembunyi di balik topeng keharmonisan. Tokoh utama, Aletta, menjadi pusat dari kisah ini, seorang gadis yang harus mengalami kehidupan penuh penderitaan setelah keluarganya runtuh akibat pernikahan kedua sang ayah, Wijaya.
Pembaca disuguhkan pada sebuah latar belakang kehidupan Aletta yang berubah drastis. Hubungan yang awalnya harmonis dengan ayahnya kini berubah menjadi mimpi buruk setelah kehadiran Shena, kakak tiri yang pelan-pelan merebut kebahagiaan Aletta. Kehidupan bahagia yang dulu ia rasakan seolah sirna, digantikan dengan penderitaan fisik dan emosional yang tak berkesudahan. Wijaya, yang seharusnya menjadi pelindung, malah berubah menjadi sosok yang menindas dan menambahkan beban dalam hidup putrinya.
Di balik topeng seorang kepala keluarga yang seharusnya memberikan cinta dan perlindungan, Wijaya justru menggunakan kekerasan sebagai bentuk pelampiasan emosinya. Aletta, sebagai korban, tidak hanya menghadapi kekerasan fisik dari sang ayah, tetapi juga kekerasan psikologis yang terus menerus menggerogoti dirinya. Kondisi ini menciptakan trauma mendalam yang Aletta bawa sepanjang cerita. Kehadiran Shena sebagai kakak tiri juga menambah intensitas konflik dalam novel ini. Shena adalah sosok antagonis yang tidak hanya menjadi simbol perebut kasih sayang ayahnya, tetapi juga merepresentasikan kekuasaan yang tidak adil di dalam rumah. Keadaan ini membuat Aletta semakin merasa terasing di rumahnya sendiri, tanpa ada ruang untuk mendapatkan kembali kebahagiaan yang pernah ia miliki.
Pembaca dibawa untuk merasakan pergolakan emosionalnya mulai dari rasa marah, bingung, hingga kehilangan harapan. Namun, di tengah kegelapan hidup yang ia alami, masih tersisa secercah harapan, yakni keinginan Aletta untuk mendapatkan kembali kehidupan yang layak dan penuh cinta. Harapan ini berwujud dalam impian Aletta untuk mengadu kepada Tuhan, mempertanyakan ketidakadilan yang ia alami, dan mencari jawaban atas penderitaan yang terus menerus menimpanya.
Didik Sabrullah menuliskan kisah ini dengan gaya bahasa yang lugas namun penuh emosi. Deskripsi yang kuat mengenai penderitaan Aletta membuat pembaca dapat merasakan betapa berat beban yang ia pikul. Setiap detil kekerasan yang dialami oleh Aletta dituliskan dengan tajam dan realistik, membuat pembaca merenungi bagaimana kekerasan dalam keluarga dapat menghancurkan kehidupan seorang anak.
Dialog-dialog antara Aletta dan ayahnya, serta interaksinya dengan Shena, disajikan dengan sangat natural dan memunculkan suasana ketegangan yang mencekam. Tidak hanya itu, Sabrullah juga berhasil membawa nuansa melankolis yang sangat terasa melalui penggunaan metafora dan simbol-simbol, seperti kegelapan dan cahaya yang sering kali menjadi gambaran kondisi batin Aletta. Suasana batin tokoh ini diwarnai oleh kesepian dan keputusasaan, namun sesekali muncul perlawanan batin untuk keluar dari belenggu yang mengurungnya.
Aletta, adalah gambaran dari banyak anak yang terjebak dalam situasi keluarga yang disfungsional. Karakternya berkembang seiring berjalannya cerita. Pada awalnya, ia adalah seorang gadis yang penuh harapan, namun kehidupan keluarga yang retak membuatnya semakin tenggelam dalam depresi. Namun, di balik semua penderitaan yang ia alami, tersimpan kekuatan dalam dirinya untuk bertahan dan berjuang untuk kebahagiaannya. Wijaya, sang ayah, adalah sosok ayah yang gagal bagi Aletta. Pernikahan kedua membuatnya berubah menjadi sosok yang kasar, dingin, dan tidak memperhatikan kebutuhan emosional anaknya. Sikapnya yang kerap menyalahkan Aletta atas kegagalan akademisnya tanpa memahami tekanan yang dialami oleh anaknya menjadi cerminan dari ketidakadilan yang sering kali terjadi dalam rumah tangga yang penuh kekerasan. Shena, kakak tiri Aletta, yang menjadi simbol perubahan drastis dalam hidup Aletta. Kehadirannya membawa kehancuran bagi hubungan ayah-anak yang sebelumnya baik-baik saja. Sikap dominan dan manipulatif Shena berhasil menggeser posisi Aletta di mata ayahnya, menciptakan rasa iri, marah, dan perasaan tak berdaya.
Didik Sabrullah berhasil menggambarkan perasaan karakter utamanya, Aletta, dengan sangat mendalam. Pembaca dapat merasakan penderitaan, ketakutan, dan keputusasaan yang dialami Aletta melalui deskripsi yang detail dan emosional. Novel ini sangat berhasil membawa pembaca tenggelam dalam suasana batin karakter, membuat mereka berempati dengan situasi yang dialami tokoh utama. Novel ini mengangkat tema kekerasan dalam rumah tangga, sebuah isu yang sayangnya masih sering terjadi di masyarakat. Meski bercerita tentang hal-hal yang berat, gaya penulisan yang mengalir memudahkan pembaca untuk mengikuti alur cerita tanpa merasa terbebani.
Di bagian awal cerita, perkembangan alur terasa agak lambat. Pembaca mungkin merasa perlu bersabar untuk mendapatkan konflik yang lebih intens, karena narasi awal lebih banyak berfokus pada latar belakang kehidupan Aletta dan pengenalan karakternya. Bagi pembaca yang mencari ketegangan lebih cepat, ini bisa terasa agak membosankan.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa kekerasan dalam rumah tangga bukan hanya merusak fisik, tetapi juga mental dan emosi korban, terutama jika korban adalah anak-anak. Pengabaian, kekerasan, dan ketidakadilan yang dialami Aletta menjadi peringatan bagi pembaca tentang pentingnya komunikasi dan kasih sayang dalam menjaga keharmonisan keluarga. Selain itu, novel ini juga menyoroti tentang kekuatan seorang anak untuk bertahan di tengah situasi yang sulit. Meskipun Aletta terus-menerus mengalami penderitaan, ia tetap memiliki keinginan untuk melawan dan mencari keadilan bagi dirinya sendiri. Ini adalah simbol dari harapan dan kekuatan manusia untuk terus berjuang meski dalam kondisi yang paling kelam sekalipun.
0 komentar