book

Tanah Para Bandit

0
  • book
    Ditulis oleh
    Elvira Raisya Julfi
  • Dibuat tanggal
    30 Jul 2024
  • Sekolah
    SMA NEGERI 3 SAMARINDA

Judul: Benarkah Dunia Sesederhana Hitam dan Putih? 

 

"Apakah dunia ini sesederhana hitam dan putih? Sepertinya tidak. Seputih apapun kamu, di dalam dirimu tetap akan ada setitik hitam yang bisa saja membesar jika kau beri makan, yang bisa saja tumbuh jika kau membiarkan ia tumbuh, dan pada akhirnya nanti, itu akan menjadi seperti hewan ternak yang banyak, sampai kau tidak bisa mengendalikannya lagi."

 

TPB atau Tanah Para Bandit, sebuah novel yang dilahirkan oleh Tere Liye pada tahun 2023 adalah buku ketujuh dari serial aksi, lahir dari penerbit Sabak Grip Nusantara di Depok, Jawa Barat dengan ISBN 9786238829675, disertai dengan jumlah halaman 436 lembar dan dimensi 20 CM. Tanah Para Bandit dijual dengan harga Rp99.000 di pulau Jawa. 

 

Tanah Para Bandit adalah buku yang sangat berbeda dengan keenam buku sebelumnya. Buku ini tidak mengambil sudut pandang Bujang atau Thomas seperti enam buku sebelumnya, melainkan sudut pandang seorang karakter baru bernama Padma yang besar di talang bersama dengan Bujang dulu. Namun yang membedakan, Padma dibesarkan untuk menjadi seorang vigilante yang akan memberantas shadow economy di masa depan bersama dengan Organisasi. 

 

Tanah Para Bandit berpusat pada kisah Padma, seorang perempuan yang namanya diambil dari bunga padma raksasa atau bunga raflesia arnoldi. Dia dibesarkan di talang—desa kecil di dekat hutan— bersama dengan kakeknya, Abu Syik. Abu Syik membesarkan Padma dengan tangguh, beliau mengajarkan Padma untuk dapat melompat tinggi walau dengan pemberat yang melekat di tubuhnya, berlari cepat, bertarung dengan tangan kosong atau dengan senjata, serta mengenalkan jenis-jenis tumbuhan beracun pada Padma.

 

Waktu terus bergulir, dan Abu Syik semakin menua. Dia meminta Padma untuk pergi ke ibu kota dan menemui perwakilan Organisasi. Tapi sesaat setelah Padma menginjakkan kaki ke ibu kota, dia memutuskan untuk menjalani hidupnya dengan hal-hal yang dia inginkan. Latihannya selama berada di ibu kota tak kalah keras dengan yang dia alami di talang, dia bahkan datang ke sesi perkuliahan 12 fakultas yang berbeda untuk menyerap ilmu yang diberikan oleh pengajar, walau dia tidak terdaftar sebagai mahasiswa secara resmi. Di sini kita akan mengetahui bahwa Padma dulu ternyata pernah satu universitas dengan Zaman Zulkarnaen dan juga Thomas Hongli.

 

Bersama dengan kedua teman sekosan-nya, —Septi & Nina, Padma dihadapkan dengan konflik yang melibatkan polisi-polisi bandit, orang yang menguasai dan mengangkangi segala aspek kenegaraan, bandit-bandit berkuasa yang mampu melakukan apapun untuk membuat bisnis mereka lancar, termasuk menyuap atau bahkan membunuh. 

 

Kelompok polisi-polisi bandit itu dinamakan Jiwa Korsa, dengan pejabat-pejabat negara seperti jaksa dan polisi sebagai bawahannya, dan seorang Kaisar sebagai kepalanya. Kelompok ini adalah kelompok baru yang belum pernah dibeberkan di buku serial aksi sebelumnya, tapi mirip dengan mafia hukum di Negeri di Ujung Tanduk, atau mungkinkah keduanya adalah kelompok yang sama? Dan sebenarnya Kaisar itu adalah Tuan Shinpei? 

 

Apakah Padma, Septi, dan Nina berhasil mengalahkan polisi-polisi bandit itu? Dan sebenarnya apa Organisasi itu? Jawabannya akan kamu dapatkan di Tanah Para Bandit. 

 

Tanah Para Bandit memiliki tema politik dan aksi dengan sedikit kisah cinta monyet antara Padma dan Bujang saat mereka masih remaja di talang dulu. Buku ini sama dengan Pergi yang memiliki sudut pandang orang pertama. Tanah Para Bandit memiliki alur maju, mulai dari masa remaja Padma hingga perjalanan Padma di ibu kota dalam menjalani hidup pilihannya sendiri, termasuk melawan kelompok polisi-polisi bandit yang bernama Jiwa Korsa. 

 

Penokohan dijelaskan dengan detail, apalagi tokoh pendamping yang dekat dengan karakter utama tidak sebanyak buku-buku Tere Liye lainnya. Jalan hidup Padma sejak remaja juga dijelaskan dengan sangat detail, bagaimana setiap latihan yang dia jalani, bagaimana Abu Syik membesarkannya, dan masih banyak lagi. 

 

Kelebihan Tanah Para Bandit ada pada jalan cerita yang tidak bertele-tele dan sesuai dengan porsinya masing-masing, tidak ada yang berlebihan juga tidak kekurangan. Pemilihan bahasa yang sederhana juga menjadi nilai plus bagi Tanah Para Bandit, walaupun novel ini mengangkat tema politik dan sedikit ekonomi, bahasa yang dipilih tidak seberat Negeri Para Bedebah atau Negeri di Ujung Tanduk sehingga masih bisa dinikmati oleh segala kalangan. 

 

Novel ini juga mengajarkan kita untuk tidak pernah menyerah dan gigih dalam berjuang, walau jatuh berulang-ulang kali, walau gagal berulang-ulang kali, kita harus tetap bangkit, seperti yang dilakukan oleh Padma saat dia berkali-kali gagal dalam latihannya bersama Abu Syik di talang.

 

Kekurangan Tanah Para Bandit menurut saya ada pada kemunculan Zaman dan karakter serial aksi lainnya yang ternyata hanya ada di bagian epilog. Saat saya akhirnya sampai di buku ini dan mendengar Zaman akan muncul, saya sangat senang karena akhirnya dapat bertemu lagi dengan Zaman Zulkarnaen setelah sekian lama saya menamatkan Tentang Kamu. Tapi ternyata kemunculan pengacara elder law itu hanya terdapat di bagian akhir atau epilog. Hal itu tentu mengundang kekecewaan untuk saya yang berpikir saya akan bertemu dengan Zaman, Bujang, Thomas, dan kawan-kawan di Tanah Para Bandit. 

 

Selain itu, kekurangan lainnya sangat sulit ditemukan karena jalan cerita yang seru dan menegangkan. 

 

Organisasi melawan kelompok shadow economy, sebenarnya siapa yang hitam dan siapa yang putih? Tidak, dunia tidak sesederhana hitam dan putih. Tidak seperti yang diucapkan Diego di epilog cerita Pergi. Di dalam putih, akan selalu ada titik hitam, dan jika terus dibiarkan bertumbuh, dia akan memakan inangnya. Begitupun sebaliknya. Di dalam hitam akan selalu ada titik putih.

 

Bagaimana menurut kalian? Apakah dunia ini sesederhana hitam dan putih? Atau tidak? 

 

Salam Literasi.

Judul Buku Tanah Para Bandit
Penulis Tere Liye
ISBN 9786238829675
Bahasa Indonesia
Tahun Publikasi 2023
Penerbit Sabak Grip Nusantara
Jumlah Halaman 436

0 komentar

Buat komentar