book

Sepotong Kisah di Balik 98

0
  • book
    Ditulis oleh
    Zahra Lydia Nugrahaeni
  • Dibuat tanggal
    24 Sep 2024
  • Sekolah
    SMA NEGERI 05

Resensi Novel "Sepotong Kisah di 98"

Judul Resensi : "Menguak Sejarah Kelam Indonesia Melalui Novel Sepotong Kisah di Balik 98"

Dee Lestari menghadirkan sebuah kumpulan karya cerpen yang dipilihnya dalam lomba menulis dengan tema “Sepotong Kisah  di Balik Tahun 98.” Novel ini memiliki 4 cerpen  yang di antaranya berjudul, “Kisah Dalam Remboelan” oleh Shan Patrica, “Lisa Menjadi Lumba-lumba” oleh Aliurridha, “Perempuan Tanpa Gunung” oleh Aldi A., dan “Manusia Laron” oleh Dewanto Amin Sadono. Seluruh cerpen tersebut merupakan kisah pilihan Dee Lestari, sosok penulis yang sangat terkenal di Indonesia. Novel ini terbit pada tahun 2024 oleh PT Falcon Interactive dengan jumlah 404 halaman. Cerpen-cerpen dalam novel ini menceritakan peristiwa penting di Indonesia, yaitu era reformasi tahun 1998. Meskipun setiap cerpen memiliki tema yang sama yaitu tahun 1998, novel ini memiliki kisah berbeda-beda yang mendeskripsikan dampak akibat tahun 1998.

Selain Dee Lestari, lomba menulis “Sepotong Kisah di Balik Tahun 98” juga memiliki juri lainnya yaitu Ahmad Fuadi, Okky Madasari, Erisca Febriani, dan Luluk HF. 5 juri lainnya juga memilih beberapa cerpen yang diadaptasi menjadi novel. Total novel dari seri “Sepotong Kisah di Balik Tahun 98” adalah 5 novel.

Dee Lestari sebagai sosok penulis yang cukup senior sudah tak perlu diragukan lagi penilaiannya dalam pemilihan sebuah karya. Bagi Dee Lestari, fiksi yang berhasil adalah cerita yang mampu memikat dan mengikat. Tema 98 merupakan tantangan yang sangat menarik untuk seluruh penulis, dikarenakan tema ini mengandung nilai sejarah yang kuat, di mana riset untuk membuat sebuah karya sangatlah penting. Berbagai karakter utama dari cerpen ini memiliki latar belakang yang berbeda dengan konflik serta pengemasan cerita yang berbeda-beda. Novel ini tidak hanya menyoroti dampak akibat tahun 98, tetapi juga melukiskan rasa kehilangan, trauma, dan kesedihan dalam novel ini.

Novel “Sepotong Kisah di Balik Tahun 98” memang berisikan sebuah kumpulan-kumpulan cerpen dari penulis yang berbeda-beda. Tahun 98 memang menjadi memori kolektif yang suram untuk kita semua. Di sini seluruh karakter utama dalam novel ini sama-sama menjadi sebuah korban dari tahun 98. Seperti pada cerpen “Kedai dalam Remboelan” dan “Perempuan Tanpa Gunung” yang lebih menyoroti penderitaan dari etnis tionghoa, cerpen “Lisa Menjadi Lumba-lumba” yang menggambarkan perasaan kehilangan, serta cerpen “Manusia Laron” yang mendeskripsikan rasa trauma mendalam akibat tahun 98. Masing-masing karakter utama memiliki ciri khas tersendiri yang menjadi titik vital pada novel ini.

“Kedai dalam Remboelan” yang merupakan cerpen pertama menghadirkan tokoh Sayuti Norman sebagai karakter utama dalam cerpen ini. Cerpen ini menggunakan sudut pandang orang ketiga dengan naratif berupa alur maju-mundur. Selain Sayuti Norman, cerpen ini memiliki beberapa tokoh penting lainnya yang sama-sama andil dalam menentukan alur cerpen ini. Setiap karakter memiliki watak yang berlapis di mana memberikan warna yang berbeda-beda dalam cerpen ini. Seringkali gaya bahasa yang digunakan menggunakan ungkapan kiasan dan perumpamaan. Adapun konflik dalam cerpen ini yang lumayan unik dan berat, namun dengan kepiawaian penulis dalam menjelaskan konflik, cerpen ini tetap dapat dipahami.

Selanjutnya, cerpen yang kedua berjudul “Lisa Menjadi Lumba-lumba” menyoroti kehilangan yang dirasakan oleh Alif. Cerpen ini menggunakan sudut pandang orang ketiga dengan alur maju mundur. Cerpen dalam novel ini penuh berisi misteri dan kejanggalan. Jalan cerita yang disajikan sedikit membingungkan dengan konflik batin sang tokoh utama yang kurang menendang.

Ketiga, “Perempuan Tanpa Gunung” menceritakan sosok Nuraga yang menelusuri kehidupan ayahnya dan sahabat ayahnya pada tahun 98. Cerpen ini menggunakan alur maju mundur dengan sudut pandang orang ketiga. Konflik awal dari novel ini sebenarnya cukup menarik, namun memiliki penyelesaian yang sedikit terburu-buru.

Terakhir, cerpen “Manusia Laron” banyak menggunakan sebuah perumpamaan. Untuk membaca cerpen ini, membutuhkan konsentrasi tinggi untuk memahami keseluruhan jalan cerita. Rasa trauma dalam cerpen ini membuat suasana novel ini sangat suram. Lagi-lagi cerpen dalam novel ini menggunakan sudut pandang ketiga dengan alur berupa maju mundur. Sang tokoh utama bernama Herman digambarkan sebagai karakter yang sangat depresi.

Setiap cerpen dalam novel ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Seperti cepen “Kedai dalam Remboelan” yang memiliki konflik sangat menarik dan mampu menggambarkan sepenuhnya apa yang terjadi pada tahun 98. “Lisa Menjadi Lumba-lumba” memiliki misteri yang begitu banyak, sehingga membuat para pembaca penasaran. Sedangkan “Perempuan Tanpa Gunung” memiliki konflik yang gampang dipahami, simple, namun tetap menarik untuk dibaca. Terakhir cerpen “Manusia Laron” banyak menggunakan perumpamaan yang membuat cerpen ini memiliki daya pikat tersendiri.

Namun sayangnya, cerpen yang dapat menceritakan tahun 98 paling detail adalah cerpen “Kedai dalam Remboelan” dan “Manusia Laron.” 2 cerpen lainnya kurang menilik tahun 98 dengan detail. Banyak sekali kejanggalan dalam novel “Lisa Menjadi Lumba-lumba,” namun hal tersebut tetap dapat dimaklumi. Sedangkan “Perempuan Tanpa Gunung” di akhir cerita terkesan seperti cerpen yang ingin segera diselesaikan. Adapun “Manusia Laron” yang memiliki jalan cerita sedikit sulit dipahami.

Jika kita membandingkan keempat cerpen tersebut, cerpen yang banyak memiliki kelebihan adalah “Kedai dalam Remboelan,” namun itu semua tak membuat cerpen lainnya menjadi sebuah karya yang buruk. Karena pada dasarnya keempat cerpen ini mendeskripsikan tahun 98 dengan cara yang berbeda-beda dan jarang dipikirkan orang lain. Seluruh cerpen dalam novel ini sangat luar biasa.

Novel ini memiliki nilai sejarah yang begitu kuat, hal ini menjadikan novel “Sepotong Kisah di Balik Tahun 98” sangat cocok dibaca untuk seluruh kalangan, terlebih kalangan muda yang tidak merasakan peristiwa tahun 98. Hal ini dapat menjadikan pengingat untuk kita semua, supaya sejarah kelam Indonesia ini tak dapat terulang lagi. Tema ini juga menumbuhkan rasa cinta kita kepada tanah air dan rasa kemanuasiaan kita. Oleh karena itu, novel ini merupakan novel yang sangat direkomendasikan untuk dibaca.

Judul Buku Sepotong Kisah di Balik 98
Penulis Dee Lestari
ISBN 978-602-6714-91-6
Bahasa Bahasa Indonesia
Tahun Publikasi 2024
Penerbit PT Falcon Interactive
Jumlah Halaman 404

0 komentar

Buat komentar