
Surat untuk Jenaka
-
Ditulis olehElvira Raisya Julfi
-
Dibuat tanggal
24 Sep 2024
-
Sekolah
SMA NEGERI 3 SAMARINDA
"Bagi saya kemerdekaan sendiri adalah bebas dari kendali. Dan penjajahan adalah bentuk kendali pada sebuah bangsa. Penjajahan bukan berarti setiap hari pribumi ditindas secara keras, dipaksa kerja dengan cambuk, atau dimusnahkan seperti genosida. Penjajahan bisa dilakukan secara tak langsung. Pengendalian konstitusi juga merupakan penjajahan." -Halaman 130.
Dari mana datangnya kutipan itu? Dari buku Surat untuk Jenaka karya Gigrey yang terbit pada tahun 2024. Buku dengan genre fiksi sejarah dan misteri ini terbit dari penerbit akad group dengan dua versi, versi soft cover dan versi hard cover yang keduanya sama-sama dilengkapi dengan jacket book yang berbentuk seperti amplop jika pembaca membelinya saat pre-order. Buku ini memiliki tebal 448 halaman dengan dimensi 20x14 cm. Surat untuk Jenaka terbit memakai kode ISBN 9786235953885.
Buku ini adalah buku ketiga dari Gigrey yang masuk ke dalam koleksi pribadi saya setelah Mada dan Mahajana. Versi hard cover yang berwarna cerah dibalut dengan jacket book menjadi pilihan saya untuk dikoleksi. Saya pikir isinya akan semenyenangkan sampulnya, tapi dugaan saya salah besar.
Surat untuk Jenaka berkisah tentang Jenaka, seorang mahasiswi hukum abad modern yang apatis. Hidupnya tidak tenang setelah gelang yang diberikan Ayutnya (Nenek Buyut) sebelum meninggal membawanya pergi melintasi dimensi waktu menuju tahun 1923 dan bertemu dengan seorang perempuan ningrat bernama Raden Ajeng Cantika. Dia bukan hanya bertemu dengan Cantika, tapi juga Jati dan Tuan Jaksa. Bersama mereka, Jenaka berperang untuk mencapai keadilan di tanah yang penuh dengan ketidakadilan.
Satu hal yang Jenaka ketahui, Ayutnya, Raden Ajeng Cantika menikah dengan seseorang bernama Panji Aryadiningrat. Tapi mengapa saat dia kembali ke masa lampau, perempuan muda yang adalah Ayutnya itu malah akan menikah dengan orang lain yang bahkan jauh lebih tua darinya? Jika pernikahan itu benar-benar terjadi, Jenaka tidak akan lahir di masa depan, dan dia tidak mau hal itu. Dia harus bergerak untuk menyatukan Cantika dan Jati agar dia dan keluarganya yang lain dapat lahir ke dunia.
Tapi itu bukanlah masalah utama yang dihadapi oleh Jenaka. Cantika dituduh melakukan pembunuhan atas calon tunangannya, Raden Panji Aryadiningrat. Dan Jenaka tahu betul kalau Cantika tak bersalah, dia akan berjuang untuk menyelamatkan Cantika dari jeratan ketidakadilan walau dia akan terluka selama masa perjuangannya itu. Perjuangannya dibantu oleh seorang jaksa pribumi yang bekerja untuk Belanda, Pramoedya Bagoes Biroe. Tapi apakah yang diyakini Jenaka itu adalah kebenarannya?
Berlatarkan Indonesia pada masa penjajahan di bawah Belanda, terdapat banyak kata-kata asing dalam bahasa Belanda di novel ini. Tapi untungnya penulis menuliskan satu-persatu arti dari kata-kata itu di catatan kaki yang ada di bawah setiap halamannya. Selain kata asing dari bahasa Belanda, banyak pula istilah-istilah dalam dunia hukum di buku ini. Mengingat tokoh utama perempuan adalah mahasiswi hukum dan tokoh utama laki-laki adalah seorang Jaksa. Salah satu contohnya adalah istilah Wetboek van Strafrecht voor Nederlands-indie yang merupakan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Semua karakter di Surat untuk Jenaka cukup menarik untuk dibahas, tapi yang paling menarik perhatian saya adalah Pramoedya Bagoes Biroe. Dia adalah seorang pribumi yang bekerja pada Belanda, dan bahkan tinggal di Belanda setelah diadopsi oleh teman Ayahnya setelah Ayahnya itu meninggal menyusul Ibunya. Kakaknya Hidjo juga bekerja di Belanda. Mungkin kita semua melihatnya sebagai pengkhianat, sama seperti Nyai—perempuan pribumi yang dijadikan gundik, selir, atau istri tidak resmi dari para pejabat dan serdadu Belanda— Tapi sesungguhnya, Pram akan selalu berada di sisi pribumi, karena dia-lah pribumi itu. Pram digunakan oleh pemerintah Belanda agar para pribumi dapat mempercayai instasi peradilan, melaporkan kasus mereka ke sana dan meninggalkan hukum adat yang berlandaskan tradisi dan adat-istiadat. Dengan adanya Pram, mereka tidak akan merasa terintimidasi atau takut untuk melaporkan kejahatan yang mereka alami. Sebagai jaksa pribumi pertama, Pramoedya ingin menunjukkan bahwa pribumi bisa punya kedudukan yang sama dengan orang Eropa.
Selain Pram, Cantika juga adalah karakter yang menarik untuk dibahas. Dia tidak seperti Jenaka yang bertindak secara langsung. Dia adalah angin malam yang berembus pelan, tapi dia siap menjadi badai kapanpun ia mau.
Surat untuk Jenaka diselimuti oleh jacket book vintage berwarna cream dengan desain seperti amplop surat. Membuka jacket book dengan desain ini jauh lebih sulit daripada membuka jacket book dengan desain lainnya. Lalu, di dalam novel ini terdapat banyak sekali typo, kata berulang, dan juga tinta yang meleber ke halaman setelahnya sehingga menciptakan bayangan yang tidak nyaman untuk dilihat seolah kalian melihat bayangan tulisan kalian sendiri di buku tulis. Hal itu bisa saja terjadi karena buku yang saya miliki adalah cetakan pertama. Semoga saja di cetakan-cetakan selanjutnya, semua kesalahan itu sudah diperbaiki.
Novel ini adalah novel dengan alur maju yang perpindahan scene-nya berhasil dieksekusi dengan rapi dan tidak terburu-buru oleh Gigrey. Alur yang tidak terlalu lambat juga tidak terlalu cepat berhasil membuat pembaca menyusuri setiap halaman Surat untuk Jenaka tanpa beban. Gigrey berhasil membangun Hindia Belanda lewat sebuah tulisan, dia menuliskan banyak sekali paragraf deskriptif tentang semua hal yang terjadi pada zaman Hindia Belanda. Lewat Surat untuk Jenaka juga pembaca dapat mengetahui bagaimana berjalannya hukum di zaman Hindia Belanda. Walaupun banyak memiliki istilah asing, Gigrey memberikan penjelasan yang mudah dimengerti untuk setiap istilah asing tanpa terkecuali untuk dapat memudahkan pembaca.
Novel Surat untuk Jenaka berhasil membawa pembaca melakukan perjalanan waktu menuju zaman Hindia Belanda yang memiliki problematika tersendiri dari masa modern. Melalui kisah Jenaka, kita dapat mengetahui bagaimana jalannya hukum di zaman Hindia Belanda, bagaimana pribumi menjalankan hukum di bawah bayang-bayang Hindia Belanda. Novel ini bukan hanya sekadar menyajikan fiksi yang klise, tapi juga pengetahuan tentang kehidupan pada zaman Hindia Belanda.
Salam Literasi.
0 komentar