
The Dragon Republic
-
Ditulis olehElvira Raisya Julfi
-
Dibuat tanggal
04 Oct 2024
-
Sekolah
SMA NEGERI 3 SAMARINDA
"Satu-satunya yang permanen mengenai Kekaisaran ini adalah perang." -The Dragon Republic, 606.
The Dragon Republic atau Republik Naga adalah novel kedua dari trilogi The Poppy War yang merupakan karya dari novelis Amerika kelahiran Tiongkok, R.F. Kuang. Republik Naga terbit pada tahun 2019 lalu diterjemahkan ke bahasa Indonesia pada 2020 melalui penerbit Gramedia Pustaka Utama. Dimensi Republik Naga yang cukup besar dan halaman yang tebal yakni 656 halaman membuat novel ini dibanderol dengan harga yang cukup mahal yakni Rp189.000 di pulau Jawa. ISBN dari Republik Naga sendiri adalah 9786020648217.
Siapa bilang perang telah usai? Republik Naga adalah buku kedua dari trilogi karya R.F. Kuang yang dimulai dengan Perang Opium. Buku pertamanya menceritakan tentang perang antara Nikan dan Mugen. Tapi Republik Naga menceritakan tentang perang antara Nikan dan Nikan. Benar, perang saudara. Seolah perang bersama Mugen belum cukup, mereka berperang satu sama lain, menciptakan kesengsaraan yang berkelanjutan kepada masyarakat.
Fang Runnin, syaman sekaligus pejuang yang telah berhasil membumihanguskan Mugen di buku sebelumnya merasakan rasa bersalah sekaligus kehilangan setelah ditinggal oleh komandan sekaligus teman sebangsanya, Altan Trengsin. Seolah itu belum cukup, orang-orang di sekitar Runnin menuntut Rin agar dia menjadi komandan sebaik Altan setelah posisi itu ditinggalkan Altan untuknya. Di bawah bayang-bayang kematian pria itu, ia merasakan dendam kepada Maharani Su Da Ji yang telah menjual Altan dan Runnin pada Mugen, perempuan itu secara tidak langsung telah membuat Altan tiada, membuat Rin bertekad membalas dendam.
Sadar bahwa Cike seorang diri tidak sanggup untuk menggulingkan Maharani membuat Rin menerima tawaran dari Panglima Perang Naga yang memiliki misi untuk membawa Nikan ke bentuk pemerintahan yang lebih modern dan meninggalkan monarki. Bersama Yin Vaisra, Rin berusaha sangat keras untuk membalas dendam walau dirinya masih berada di fase berduka akibat kematian Altan.
Dua ratus halaman pertama Republik Naga kacau balau. Sisanya? Lebih kacau balau lagi. Pembaca bukan hanya dibebani dengan adegan-adegan yang memuat kekerasan atau pembantaian, tapi juga perasan berduka yang dialami oleh tokoh utama. Bagi mereka yang telah membaca Perang Opium, adegan perang Republik Naga bukan apa-apa. Tapi perasaan berduka yang dirasakan oleh Rin membebani bagi pembaca. Menghabiskan Republik Naga membuat pembaca terbebani karena perasaan berduka tersebut. Dari 656 halaman yang ada, nama Altan masih disebut bahkan hingga halaman 500-an dari buku ini. Fase berduka Rin digambarkan dengan jelas di novel ini, menyelingi adegan-adegan peperangan antara Republik dan Kekaisaran.
Sebenarnya apa yang membuat Rin begitu merasa kehilangan atas kematian Altan? Cinta? Sepertinya itu kata yang terlalu kuat untuk menggambarkan perasaan Rin pada Altan. Rin dan Altan adalah dua orang yang berhasil selamat dari pembantaian Speer walaupun mereka masih sangat muda saat genosida tersebut terjadi. Mereka memiliki nasib yang sama sebagai penyintas, mereka kawan sebangsa, Rin menyayangi Altan sebagai sesama orang Speer, dan mungkin itulah yang membuat Rin merasa kehilangan. Atau mungkin karena Rin menganggap Altan sebagai bintang penunjuk arahnya, dan saat bintang itu telah lenyap, ia hilang arah.
"Ia (Rin) ingin hidup, fana, dan selamanya bersifat sementara bersama Altan, dan itulah sebabnya ia menangis." -The Dragon Republic, 411.
Walaupun diselimuti duka, Rin berhasil mendapatkan pengembangan karakter yang hebat di sini. Dia masih karakter yang manusiawi, tapi jauh lebih baik daripada Rin yang ada di Perang Opium. Tanggung jawab sebagai seorang pemimpin mungkin memberatkan dirinya di awal, tapi seiring berjalannya waktu dia mulai bisa menerima tanggung jawab dirinya sebagai komandan. Dan akhirnya, setelah beratus-ratus halaman, Rin berhasil lepas dari bayang-bayang Altan di halaman 506 Republik Naga.
Novel ini tentu dipenuhi dengan banyak kelebihan. Tapi beberapa di antaranya adalah karakter yang kompleks, pengembangan dunia yang detail, dan alur cerita yang penuh dengan naik-turun. Karakter yang kompleks adalah karakter yang tidak lagi bisa kita ketahui apakah dia jahat atau baik, karena latar belakang dari setiap perbuatan karakter itu dibahas dengan detail oleh penulis. Lalu, akhirnya bangsa Hesperia dijelaskan dengan detail di Republik Naga, tentang bagaimana bangsa mereka jauh lebih maju dari Nikan, tentang Serikat Kelabu yakni serikat keagamaan dari bangsa mereka, tentang ketertarikan mereka kepada Rin yang dianggap sebagai chaos karena bisa mengeluarkan api dari tubuhnya. Cerita yang penuh dengan naik-turun seperti roller coaster membuat pembaca tak gampang bosan dengan Republik Naga. Satu lagi, peta Nikan dan sekitarnya tetap dilampirkan oleh penulis di bagian depan buku, yang bisa membantu pembaca berimajinasi.
Kekurangan dari novel ini masih berhubungan dengan duka Rin terhadap kematian Altan. Perasaan berduka yang dialami oleh Rin dapat membuat pembaca turut merasakan hal tersebut dan malah tidak fokus ke jalan cerita dari Republik Naga. Selain itu, walau tidak separah Perang Opium, adegan kekerasan tetap ada saja di Republik Naga dan dijelaskan dengan cukup detail. Kedua hal ini bisa memicu trauma dari pembaca, sehingga novel ini tidak diperuntukkan oleh segala jenis usia dan orang yang memiliki trauma tentang kekerasan, penggunaan narkoba, dan pembantaian.
Kesimpulannya, Republik Naga adalah novel dengan genre fantasi yang masih saja kelam seperti buku pertamanya, Perang Opium. Kali ini, tantangan yang dihadapi oleh Rin jauh lebih menyulitkan dibanding yang dia hadapi di Perang Opium. Pengkhianatan, kehilangan, konflik batin, semua itu harus dirasakan oleh Rin agar dia dapat lebih kuat lagi dari sebelumnya. Tapi tetap saja, melihat Rin menderita selama peperangan bukanlah hal yang menyenangkan. Melihat Rin hilang arah setelah kematian Altan apalagi. Seperti lagu Amigdala yakni "Di Ambang Karam", ketika Rin ragu arah tuju, di situlah dia mulai terbawa arus.
Sampai jumpa di The Burning God.
Salam Literasi.
0 komentar