
Lusi Lindri
-
Ditulis olehZahra Lydia Nugrahaeni
-
Dibuat tanggal
13 Oct 2024
-
Sekolah
SMA NEGERI 05
Resensi Novel Lusi Lindri karya Y.B. Mangunwijaya
"Mempelajari Sejarah Kerajaan Mataram Lewat Novel Lusi Lindri"
Lusi Lindri adalah novel lanjutan ketiga dari trilogi Rara Mendut yang ditulis oleh Y.B. Mangunwijaya. Pertama kali diterbitkan pada tahun 1987 oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama, novel ini sudah dicetak beberapa kali sampai tahun 2024. Dengan ketebalan 380 halaman, kisah dari novel ini berfokus pada Lusi Lindri, yang merupakan anak dari Genduk Duku. Dengan latar belakang abad ke-17 di Kerajaan Mataram, novel ini berhasil merangkum secara keseluruhan mengenai peristiwa sejarah yang terjadi pada saat itu.
Novel ini menyajikan fakta sejarah Kerajaan Mataram saat dipimpin oleh Sunan Amangkurat â… yang begitu tragis dan dramatis. Banyak sekali nilai sejarah dan nilai budaya yang terkandung dalam novel ini. Y.B. Mangunwijaya sangat pandai mengemas sebuah sejarah menjadi fiksi yang begitu memikat.
Sang penulis dari novel ini, yaitu Y.B. Mangunwijaya sudah terkenal namanya di bidang sastra. Dalam dunia kepenulisan, ia merupakan sosok yang aktif. Selain trilogi Rara Mendut, ia menciptakan banyak karya fenomenal lainnya. Novel pertamanya berjudul “Romo Rahardi,” yang diterbitkan pada tahun 1987. Tak hanya dikenal sebagai seorang penulis, ia juga dikenal sebagai bapak arsitektur modern Indonesia dan pemimpin agama Katolik Indonesia.
Melalui novel Lusi Lindri, ia mencoba untuk mengungkapkan kehidupan Lusi Lindri sebagai Pasukan Trinisat Kenya, yaitu pasukan elite yang mengawal Sunan Amangkurat â… . Banyak sekali peristiwa-peristiwa yang terjadi saat Lusi Lindri menjadi salah satu dari Pasukan Trinisat Kenya. Dari sanalah awal mula perjalanan Lusi Lindri dimulai.
Sebagai Pasukan Trinisat Kenya, Lusi Lindri mengetahui banyak hal yang terjadi di kerajaan. Ia bahkan mengetahui kebengisan dari sang raja yang sedang memimpin. Hati Nurani Lusi terketuk melihat semua kejadian tersebut. Ia akhirnya memilih untuk memberontak demi membela kebenaran. Lusi Lindri yang semula merupakan gadis tengil berubah menjadi gadis pemberontak. Mula-mula ia digunakan sebagai mata-mata dalam intrik rumit politik keraton, menjadi seorang buronan, dan berakhir menjadi rakyat biasa yang bersuami dan memiliki anak. Kisah Lusi Lindri menjadi kisah yang terakhir sekaligus penutupan dalam trilogi Rara Mendut.
Lusi Lindri digambarkan sebagai tokoh yang memiliki paras manis dan tubuh kekar untuk seorang perempuan. Sama halnya seperti ibunya, ia memiliki watak yang pemberani dan gemar memberontak demi kebenaran. Berbeda dari novel sebelumnya, novel Lusi Lindri mempunyai romansa cerita yang sedikit dan secukupnya. Pengembangan karakter Lusi Lindri dari gadis tengil menjadi seorang ibu yang dewasa membuat pembaca merasakan sedang membesarkan Lusi Lindri.
Narasi yang digunakan dalam novel ini berupa alur maju dengan sudut pandang orang ketiga. Kita kembali dikenalkan pada sosok lelaki gagah yang menjadi suami dari sang tokoh utama. Suami Lusi Lindri, yang bernama Peparing digambarkan memiliki rupa yang hampir sama seperti Slamet, yaitu suami dari Genduk Duku sekaligus ayah dari Lusi Lindri. Meskipun hanya sedikit, namun romansa antara Lusi dan Slamet sangat membekas di benak para pembaca.
Humor khas zaman dahulu kembali diperlihatkan dalam novel ini. Lewat tokoh Pangeran Selarong yang juga memiliki peran penting dalam novel ini. Hadirnya tokoh Pangeran Selarong akan mewarnai kisah yang hadir di sepanjang cerita.
Lebih dari itu, novel ini memiliki pesan-pesan penting, mengenai kekuasaan raja yang semena-mena dan rakyat yang menderita. Perbedaan antara kaum ningrat dan rakyat jelata sangat terlihat dalam novel ini. Hal tersebut yang akan menjadi konflik utama dalam novel ini.
Novel Lusi Lindri merupakan novel sejarah yang mengandung fakta-fakta historis mengenai Kerajaan Mataram secara tepat. Sama seperti tokoh utama dalam novel sebelumnya, Lusi Lindri sebagai tokoh utama memiliki dominasi dan watak yang sangat kuat. Membuat alur cerita dalam novel ini menjadi menarik karena adanya dominasi dari Lusi Lindri.
Keunikan dari novel ini terletak dari gaya bahasa sang penulis yang indah. Bagaimana tidak, setiap paragraph yang ada dalam novel ini mengandung kiasan yang sangat bermakna untuk para pembacanya. Dengan menyajikan narasi berupa alur maju yang menggunakan sudut pandang orang ketiga, sang penulis mengajak kita semua untuk ikut merasaakan perasaan san tokoh-tokoh di dalam kisah ini.
Selain itu kisah yang ada pada novel ini sulit sekali untul ditebak dengan adanya fakta-fakta sejarah yang tidak kita temukan dalam buku Pelajaran di sekolah. Sayangnya, romansa dalam novel ini terasa kurang. Adapun adegan eksplisit yang membuat novel ini tidak dapat dibaca oleh seluruh kalangan usia.
Novel ini sangat edukatif untuk dibaca. Bagaimana tidak? Banyak sekali nilai-nilai sejarah yang dapat kita pelajari melalui novel ini. Kita diajak untuk melihat dan menumbuhkan rasa ingin tahu mengenai sejarah kita sendiri. Pesan moral dari novel inipun, tersampaikan dengan baik kepada pembaca. Bahwasannya takhta yang dinaiki dengan penuh darah, pada akhirnya juga akan jatuh dengan melibatkan pertumpahan darah.
0 komentar